ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DENGAN
ASMA BRONKIAL.
Definisi:
Asma disebut juga
sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada
jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan
peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
Pembagian asma
pada anak.
1.
Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 –
4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari,
jarang merupakan serangan yang berat.
jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat
berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 –
14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada
golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan
kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini
merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.
2.
Asma episode yang sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan
pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan
dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas
pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa
hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13
tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang
sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala
paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan
mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan.
Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan
fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten.
Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari
populasi asma pada anak.
3.
Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6
bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang
lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5
– 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten
dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk
dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu
terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya
sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan
anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian
terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan
ini tetap menderita asma persisten atau
sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada
pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks
seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison.
Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil.
Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga
dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
Pencetus:
1.
Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak dengan
asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang
penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah
allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan
jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan
alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan
sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur
yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
2.
Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza.
Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur,
misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
3.
Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari
cat, SO2 dan polutan udara
lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
4.
Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara berhubungan dengan percepatan dan
terjadinya serangan asma
5.
Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan
pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap
kegiatan jasmani.
6.
Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma
melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7.
Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan
yang berhubungan dengan asma oleh anak
sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat
serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan
misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non
allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah
alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik
maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat
infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
Patofisiologi
§ Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
§ Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya
alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator
tersebut akan memberikan gejala asthma.
§ Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana
brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu
atau bulan.
§ Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan,
kecemasan, dan udara dingin.
§ Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan
§ Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam
ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada
alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang
kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi
penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2
tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2
dalam darah (hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan
napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen
tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan
melepaskan mediator radang (histamin)
Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)
Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan
simpatis (N.X)
Hiperresponsif jalan napas
Asma
- Gangguan
pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya
produksi sekret.
- Fatigue
berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
- Kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
- Resiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan
menurunnya intake cairan
- Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
- Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan
proses penyakit dan pengobatan.
Komplikasi
- Mengancam
pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
- Chronik
persistent bronchitis
- Bronchiolitis
- Pneumonia
- Emphysema.
Etiologi
- Faktor
ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
- Faktor
intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian
dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara
(CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas
yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Manifestasi klinis
- Auskultasi
:Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
- Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
- Batuk
kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
- Tachypnea,
orthopnea.
- Diaphoresis
- Nyeri
abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
- Fatigue.
- Tidak
toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
- Kecemasan,
labil dan perubahan tingkat kesadaran.
- Meningkatnya
ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi
yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
- Serangan
yang tiba-tiba atau berangsur.
- Bila
serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
- X foto
dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto
rontgen
- Pemeriksaan
fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan
alergi
- Pulse oximetri
- Analisa
gas darah.
Penatalaksanaan
Serangan Asma Akut :
- Oksigen nasal
atau masker dan terapi cairan parenteral.
§ Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat
diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
§ Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per
oral) :
a.
Golongan Beta 2- agonist
untuk mengurangi bronkospasme :
Þ
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24
jam
Þ
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Þ
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia,
tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang
tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.
b.
Golongan Bronkodilator, untuk
dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan
nafas.
Þ
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4
kali/24 jam
Þ
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena
jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia,
palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala
toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus
khusus misalnya infus pump.
c.
Golongan steroid, untuk
mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada
serangan hebat).
ASUHAN
KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya
terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran
pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya
pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik
atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir
terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas
antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama
Batuk-batuk dan
sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin,
pilek, suara mengi dan sesak napas.
Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah
menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada
hubungan dengan faktor genetik dari ayah
atau ibu, disamping faktor yang lain.
Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak
kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu
udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan
terjadinya serangan asma.
Riwayat tumbuh kembang
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur
lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6
tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5
tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat
badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan.
§ Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi
atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan
sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
§ Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis
kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan
Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
§ Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional
yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7
tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.
§ Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
§ Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari
ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
§ Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
§ Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang
tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun
dengan sedikit atau tidak protes.
§ Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100
kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat.
Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
§ Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai
pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
§ Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan
motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
Riwayat imunisasi
Anak usia pre
sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori
4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 +
2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai
berikut :
Ø Gizi buruk kurang dari 60%
Ø Gizi kurang 60 % - <80 %
Ø Gizi baik 80 % - 110 %
Ø Obesitas lebih dari 120 %
Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
1.
Perpisahan
a.
Protes : pergi, menendang,
menangis
b.
Putus asa : tidak aktif,
menarik diri, depresi, regresi
c.
Menerima : tertarik dengan
lingkungan, interaksi
2.
Kehilangan kontrol :
ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan
anak malu, bersalah dan takut.
3.
Perlukaan tubuh : konkrit
tentang penyebab sakit.
4.
Lingkungan baru, memulai
sosialisasi lingkungan.
Pemeriksaan Fisik / Pengkajian
Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk
kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis,
perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis,
tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang
berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin
dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan /
Gastrointestinal
Terdapat nyeri
tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut
kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat
usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria
Hasil, Rencana Intervensi
1.
Gangguan pertukaran gas, tidak
efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan
bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak
menunjukkan pertukaran gas yang normal,
bersihan jalan nafas yang efektif
dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2
dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif,
cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
Intervensi :
1.
Pertahankan kepatenan jalan
nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan ( oksigen 2 ml dengan
kanule ).
2.
Kaji fungsi pernafasan;
auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam.
3.
Berikan oksigen sesuai program
dan pantau pulse oximetry.
4.
Kaji kenyamanan posisi tidur
anak.
5.
Monitor efek samping
pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua
usia.
6.
Berikan cairan yang adekuat per
oral atau peranteral
7.
Pemberian terapi pernafasan;
nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah
pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).
8.
Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
9.
Berikan terapi bermai sesuai
usia.
2.
Fatique berhubungan dengan
hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak
tampak fatigue.
Kriteria : Tidak
iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
Intervensi :
1.
Kaji tanda dan gejala hypoxia;
kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia, tachypnea.
2.
Hindari seringnya melakukan
intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak lelah, berikan istirahat
yang cukup.
3.
Intrusikan pada orang tua untuk
tetap berada didekat anak.
4.
Berikan kenyamanan fisik;
support dengan bantal dan pengaturan posisi.
5.
Berikan oksigen humidifikasi
sesuai program.
6.
Berikan nebulizer; kemudian
pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi.
7.
Setelah krisis, ajarkan untuk
aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan untuk
meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan psikososial.
3.
Kecemasan berhubungan dengan
hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat
mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan berpartisipasi dalam
perawatan anak.
Intervensi :
1.
Ajarkan teknik relaksasi;
latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk
berimajinasi.
2.
Pertahankan lingkungan yang
tenang ; temani anak, dan berikan support.
3.
Ajarkan untuk ekspresi perasaan
secara verbal
4.
Berikan terapi bermain
sesuai dengan kondisi.
5.
Informasikan tentang perawatan,
pengobatan dan kondisi anak.
6.
Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan.
4.
Resiko kurangnya volume cairan
berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.
Goal : Status hidrasi
adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB, output urine
> 2 ml/ kg per jam.
Intervensi :
1.
Monitor intake dan output,
mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi urin atau berat
jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2.
Monitor elektrolit
3.
Kaji warna sputum, konsistensi
dan jumlah
4.
Pertahankan terapi parenteral
bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran (overload)
5.
Berikan intake cairan per oral
bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme ( air
dingin ).
6.
Setelah fase akut, ajarkan anak
dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml), tergantung usia dan berat
badan.
5.
Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kondisi kronik.
Goal : Orang tua
mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan
perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas
yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial
pada anak.
Intervensi :
1.
Berikan kesempatan pada orang
tua untuk ekspresi perasaan.
2.
Kaji mekanisme koping
sebelumnya pada waktu stress
3.
Jelaskan prosedur dan
pengobatan yang diberikan
4.
Informasikan kepada orang tua
tentang kondisi anak
5.
Identifikasi sumber-sumber
psikososial keluarga dan finansial.
6.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.
Goal : Orang tua secara
verbal memahami proses penyakit dan pengobatan
dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam
memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau perawatan.
Intervensi :
1.
Kaji pengetahuan anak dan orang
tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi.
2.
Bantu untuk mengidentifikasi
faktor pencetus.
3.
Jelaskan tentang emosi dan
stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4.
Jelaskan tentang pentingnya
pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah.
5.
Informasikan tanda dan gejala
yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6.
Informasikan pentingnya program
aktivitas dan latihan nafas.
7.
Jelaskan tentang pentingnya
terapi bermain sesuai usia.
Perencanaan
Pemulangan
Ø Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.
Ø Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
Ø Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet,
bulu binatang dan lainnya.
Ø Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
Ø Ajarkan penggunaan nebulizer.
Ø Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
Ø Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
Ø Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
Ø Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Panitia
Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih.
(1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak.
Percetakan Infomedika Jakarta.
Suriadi
dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung
Seto Jakarta.
0 Response to "ASKEP ANAK ASMA BRONKIAL 2"
Post a Comment