A. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi
baru lahir dengan umur kehamilan 38 – 40 minggu. Lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur, berat badan antara 2500 – 4000 gram.
B. Adaptasi Bayi Baru Lahir
1.
Sistem Kardiovaskular.
Sistem kardiovaskular mengalami
perubahan yang mencolok setelah bayi lahir, dimana foramen ovale, duktus arterious dan duktus venosus
menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi
ligamen.
Nafas pertama yang dilakukan bayi
baru lahir membuat paru – paru berkembang dan menurunkan
resistensi vaskular pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri
pulmoner menurun menyebabkan tekanan arterium kanan menurun, aliran darah
pulmoner kembali meningkat, masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan
dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan voramen ovale
menutup.
Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arterious akan konstriksi (PO2 janin 27 mmHg). Kemudian duktus arterious menutup dan menjadi sebuah ligamen. Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen.
Denyut jantung bayi saat lahir
berkisar antara 120 – 160 kali/menit, kemudian menurun 120 – 140 kali/menit. Tekanan darah bayi
baru lahir rata – rata 78/42 mmHg. Tekanan darah bayi berubah dari hari ke
hari. Tekanan sistolik bayi sering menurun sekitar 15 mmHg selama 1 jam setelah kelahiran.
2.
Sistem Pernapasan.
Selama dalam uterus, janin mendapat
O2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas
harus melalui paru – paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama
adalah:
a.
Tekanan mekanis dari thorak saat melewati jalan lahir.
b.
Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang khemoreseptor
yang terletak pada sinus karotis.
c.
Rangsangan dingin, bunyi, cahaya dan sensasi lain yang
merangsang permukaan pernapasan.
d.
Reflek deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi baru
lahir normal dalam waktu 30 detik setelah lahir. Tekanan pada rongga dada bayi
pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan kelahiran kehilangan cairan
paru 1/3 dari jumlahnya (jumlah pada bayi normal 80 – 100 ml). Sehingga cairan ini diganti
dengan udara. Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir
normal yang cukup bulan. Setelah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi
dangkal dan tidak teratur, bervariasi 30 – 60 kali/menit.
3.
Sistem Hematopoiesis.
Volume darah bayi baru lahir
bervariasi dari 80 – 110 ml/kg selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat
pada akhir tahun pertama. Nilai rata – rata hemoglobin dan sel darah merah
lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir
berkisar antara 14,5 – 22,5 gr/dl, hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan
SDM berkisar antara 5 – 7,5 juta/mm3. Leukosit janin dengan
nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000/mm3, merupakan nilai normal saat
bayi lahir.
4.
Sistem Gastrointestinal.
Bayi baru lahir yang cukup bulan
mampu menelan, mencerna, memetabolisme, mengabsorbsi protein, karbohidrat
sederhana dan mengemulsi lemak. Aktivitas peristaltik esofagus belum
dikoordinasi pada awal kelahiran tapi dengan cepat akan menjadi pola yang
terkoordinasi dan bayi akan mampu menelan dengan mudah. Bising usus bayi dapat
didengar satu jam setelah kelahiran. Konsentrasi bakteri tertinggi terdapat
dibagian bawah usus halus terutama di usus besar. Flora normal usus akan
membantu sintesis vitamin K, asam folat dan biotin. Kapasitas lambung
bervariasi dari 30 – 90 ml tergantung ukuran bayi, begitu juga untuk waktu
pengosongan lambung, ini dapat dipengaruhi oleh waktu pemberian makanan, volume
makanan jenis makanan, suhu makanan dan stress psikis.
5.
Sistem Imunitas.
Ig A yang melindungi membran, lenyap
dari traktus napas, urinarius dan gastrointestinal kecuali jika bayi diberi
ASI. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada usia, kematangan bayi serta sistem
imunitas yang dimiliki ibu.
6.
Sistem Integumen.
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk
dari sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat
dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan
pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi
baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi
normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama
sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh
ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi.
Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7 – 10 hari. Terutama jika terpajan pada
udara dingin.
7.
Sistem Termogenik.
Produksi panas pada bayi baru lahir
dapat dihasilkan oleh aktivitas metabolisme lemak cokelat. Lemak cokelat
memilki vaskularisasi dan persarafan yang lebih kaya dari pada lemak biasa sehingga aktivitas
metabolisme lipid dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir
dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat
biasanya bertahan beberapa minggu setelah bayi lahir dan menurun dengan cepat
jika terjadi stress dingin dan bayi tidak matur memiliki cadangan lemak cokelat
yang lebih sedikit.
8.
Sistem Reproduksi.
Saat lahir ovarium bayi wanita
berisi beribu – ribu sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90%
sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang
diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak
darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi.
Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan
terbuka.
Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki – laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3 – 4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan. Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki – laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3 – 4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan. Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
9.
Sistem Neuromuskular.
Bayi baru lahir memiliki banyak
reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang menunjukkan kematangan
dan perkembangan sistem syaraf yang baik.
C.
Pengkajian Reflek Bayi Baru Lahir
1.
Refleks pada mata.
a.
Berkedip atau Refleks korneal: Respon prilaku yang diharapkan: Bayi
berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pendekatan objek ke
arah kornea: harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi:
Tidak ada kedipan tidak simetris, simetris menunjukkan adanya
kerusakan pada syaraf kranial II, IV dan V.
b.
Pupil: Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya:
reflek ini harus ada sepanjang hidup.
Deviasi:
Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi.
c.
Mata boneka: Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke
kanan dan ke kiri, mata normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang
sesuai perkembangan.
Deviasi:
Paralis abdusen asimetris.
2.
Refleks pada hidung.
a.
Bersin: Respon spontan saluran terhadap iritasi atau
obstruksi: reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi:
Tidak ada bersin atau bersin terus menerus.
b.
Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua
alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
Deviasi:
Tidak ada reflek.
3.
Refleks pada mulut dan tenggorokan.
a.
Menghisap: Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada
area sirkumolar sebagai respon terhadap rangsang: reflek ini harus tetap ada
selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Deviasi:
Menghisap lemah atau tidak ada.
b.
Muntah: Stimulasi faring posterior oleh makanan, hisapan,
atau masuknya selang harus menyebabkan refleksi muntah: reflek ini harus
menetap sepanjang hidup.
Deviasi:
Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf glosoferingeal.
c.
Rooting: Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut
akan menyebabkan bayi membalikkan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus
hilang kira – kira pada usia 3 – 4 bulan, tetapi dapat menetap selama
12 bulan.
Deviasi:
Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang.
d.
Ekstrusi: Bila lidah disentuh atau ditekan,
bayi berespon dengan mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
Deviasi:
Protrusi konstan dari lidah dapat menunjukkan sindrom down.
e.
Menguap: Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan
meningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi:
Tidak ada reflek.
f.
Batuk: Iritasi membran mukosa laring atau pohon
trakeobronkial menyebabkan batuk: reflek ini harus tetap ada sepanjang hidup:
biasanya ada setelah hari pertama kelahiran.
Deviasi:
Tidak ada reflek.
4.
Refleks pada ekstremitas.
a.
Menggenggam: Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki
dekat dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman telapak tangan
harus berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan volunter,
genggaman plantar berkurang pada usia 8 bulan.
Deviasi:
Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis.
b.
Babinski: Tekanan ditelapak kaki bagian luar ke arah atas
dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan
halus dorsofleksi: reflek ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
Deviasi:
Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur pyramidal.
c.
Klonus pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai
dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
Deviasi:
Beberapa denyutan
5.
Refleks pada massa / tubuh.
a.
Moro: Denyutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas tiba – tiba serta mengipaskan jari
membentuk huruf “C” diikuti dengan fleksi lemah: bayi mungkin menangis: reflek
ini harus hilang setelah usia 3 – 4 bulan, biasa paling kuat selama 2
bulan pertama.
Deviasi:
Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan kerusakan otak reflek
moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan cedera pada fleksus brakial,
klavikula, atau humerus.
b.
Startle: Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
Deviasi:
Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran.
c.
Perez: Saat bayi tertelungkup pada permukaan keras, ibu jari
ditekan sepanjang medula spinalis dari sakrum ke leher: bayi berespon dengan
menangis, memfleksikan ekstremitas dan meninggikan pelvis dan kepala: lordosis
tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinisasi, hilang pada usia 4 – 6 bulan.
Deviasi:
Signifikasi hampir sama dengan reflek moro.
d.
Toknik leher asimetris (menengadah): Jika kepala bayi
dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi, harus hilang pada usia 3 – 4 bulan, untuk digantikan dengan
posisi simetris dari kedua sisi tubuh.
Deviasi:
Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan kerusakan sistem syaraf.
e.
Neck – rigthting: Jika bayi terlentang,
kepala dipalingkan ke satu sisi: bahu dan batang tubuh membalik ke arah
tersebut, diikuti dengan pelvis: menghilang pada usia 10 bulan.
Deviasi:
Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik pada leher asimetris.
f.
Otolith – rigthing: Jika badan bayi yang tegak
ditengadahkan, kepala kembali tegak, posisi tegak.
Deviasi:
Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan tonik leher asimetris.
g.
Inkurvasi batang tubuh (Galant): Sentuhan pada punggung bayi
sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang
distimulasi: refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.
Deviasi:
Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis.
h.
Menari atau melangkah: Jika bayi dipegang sedemikian rupa
hingga telapak kaki menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi
resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3 – 4 minggu, digantikan oleh gerakan yang
dikehendaki.
Deviasi:
Langkah tidak simetris.
i.
Merangkak: Bayi bila ditempatkan pada abdomennya
(tertelungkup), membuat gerakan merangkak dengan tangan dan
kaki: harus hilang kira – kira pada usia 6 minggu.
Deviasi:
Gerakan tidak simetris.
j.
Placing: Bila bayi dipegang tegak dibawah lengannya dan sisi
dorsal telapak kaki dengan tiba – tiba ditempatkan diatas objek keras,
seperti meja, kaki mengangkat seolah – olah telapak melangkah diatas meja,
usia hilangnya refleks ini bervariasi
Deviasi: Tidak ada reflek.
Deviasi: Tidak ada reflek.
D.
Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
1. Posture.
a.
Inspeksi.
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa hari.
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa hari.
b.
Riwayat persalinan.
Tekanan
saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan
ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat
ekstremitas akstensi.
2. Tanda – tanda vital.
a.
Suhu: aksila 36,5 – 37 °C, suhu stabil setelah 8 – 10 jam kelahiran.
b.
Frekuensi jantung: 120 – 140 denyut/menit, bisa tidak teratur
untuk periode singkat, terutama setelah menangis.
c.
Pernafasan: 30 – 60 kali/menit.
d.
Tekanan darah:
1)
78 / 42 mmHg.
2)
Pada waktu lahir, sistolik 60 – 80mmHg dan diastolik 40 – 50 mmHg.
3)
Setelah 10 hari, sistolik 95 – 100 mmHg dan diastolik sedikit meningkat.
4)
Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan
tingkat aktivitas (terjaga, menangis atau tidur).
3. Pengukuran umum.
a.
Berat: berat badan lahir 2500 – 4000 gr.
b.
Panjang badan: dari kepala sampai tumit 45 – 55cm.
c.
Lingkar kepala: diukur pada bagian yang terbesar yaitu
oksipito-frontalis 33 – 35 cm.
d.
Lingkar dada: mengukur pada garis buah dada, sekitar 30 – 33cm.
e.
Lingkar abdomen: mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama
dengan lingkaran dada.
4. Integumen.
a.
Warna: biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh
50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia
nigra. Perubahan warna normal seperti akrosianosis – sianosis tangan dan kaki dan kurtis
marmorata – motting sementara ketika bayi terpapar suhu
rendah.
b.
Kondisi: hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak
terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen. Vernik
kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang
bervariasi, Lanugo di daerah bahu, pinna, telinga dan dahi dengan jumlah yang
bervariasi.
c.
Turgor kulit: dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan
paha bagian dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali kekeadaan semula
setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah kehilangan
berat badan pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal.
5. Kepala.
a.
Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu – satu, jumlah bervariasi. Kadang
terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan adanya ekimosis.
b.
Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat
panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.
c.
Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2 – 5 sampai 4,0 cm. Fontanel posterior
bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan padat.
d.
Sutura: teraba dan tidak menyatu.
6. Mata.
a.
Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3
jarak dari bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.
b.
Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola
mata ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks
pupil sebagai respon terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap
cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat
melihat kearah garis tengah.
7. Hidung.
Berada di garis tengah wajah, tampak
tidak ada tulang hidung, datar, lebar, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada
lendir yang keluar. Kadang bersin untuk
membersihkan hidung.
8. Telinga.
Terletak pada garis sepanjang kantus
luar, terdiri dari tulang rawan padat, berespon terhadap suara dan bayi.
9. Mulut.
Gerakan bibir simetris, gusi
berwarna merah muda, palatum lunak dan palatum keras utuh, uvula digaris
tengah, terdapat reflek menghisap, rooting dan ekstrusi.
10. Leher.
Leher pendek, dikelilingi lipatan
kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala terdapat digaris tengah. Muskulus
strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak teraba massa, bebas bergerak dari
satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher tonik, reflek neck – righting dan reflek orolith – igthing.
11. Dada.
Bentuk hampir bulat (sperti tong),
gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Puting
susu menonjol dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.
12. Abdomen.
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati
teraba 1 – 2 cm di bawah batas iga kanan. Tidak teraba massa, tidak
distensi. Bising usus terdengar 1 – 2 jam setelah lahir, mekonium keluar
24 – 28 jam setelah lahir. Batas antara
tali pusat dan kulit jelas, tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat
kering didasar dan tidak berbau.
13. Genetalia.
a.
Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora
lebih besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika
kaseosa di antara labia, berkemih dalam 24 jam.
b.
Laki – laki: lubang uretra pada puncak glen
penis, testis dapat diraba di dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar,
edema, pendulus, dan tertutup dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap
pada kulit kelompok etnik. Smegma dan berkemih dalam 24 jam.
c.
Periksa anus ada atau tidak, menggunakan termometer anus.
14. Ekstremitas.
Mempertahankan posisi seperti dalam
rahim. Sepuluh jari tangan dan jari kaki, rentang gerak penuh, punggung kuku
merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir. Fleksi ekstremitas atas
dan bawah. Telapak biasanya datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara
bilateral, Nadi brakialis bilateral sama.
E. Evaluasi Apgar Pada Bayi Baru Lahir
1.
Frekuensi jantung tidak ada dibawah 100 diatas 100.
2.
Upaya pernapasan tidak ada lambat, tidak teratur baik,
menangis.
3.
Tonus otot lemah beberapa fleksi tungkai gerakan aktif.
4.
Respon terhadap kateter dalam lubang hidung (diuji sesudah
osofaring bersih) tidak ada respon menyeringai batuk atau bersin.
5. Warna biru, pucat tubuh merah muda, tungkai biru seluruhnya merah muda.
Asfiksia : Bayi tidak dapat segera bernapas
spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berat : Apgar skor = 0 – 3.
Asfiksia berat : Apgar skor = 0 – 3.
Asfiksia ringan : Apgar skor = 4 – 6.
F.
Penatalaksanaan
1. Mengeringkan dengan segera dan
membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan
jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat,
memberi antiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit
dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan
menit kelima.
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan
telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan
setempat.
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut
nadi.
8. Memandikan / membersihkan badan bayi, kalau suhu
sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir).
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah
opthalmia – neonatorum.
10. Pemeriksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral / parenteral sesuai kebijakan
setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh
atau partial.
G.
Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Pada Bayi Baru Lahir
1.
Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebihan, posisi tidak tepat.
Intervensi keperawatan :
Intervensi keperawatan :
a.
Hisap mulut dan nasofaring dengan spuit bulb sesuai
kebutuhan.
b.
Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring,
kemudian hidung untuk mencegah aspirasi cairan.
c.
Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya
penghisapan sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya
tersebut memungkinkan reoksigenisasi.
d.
Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan
untuk mencegah aspirasi.
e.
Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur.
f.
Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam
pertama dan sediakan oksigen untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan.
g.
Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih
sering bila perlu. Observasi adanya tanda – tanda distres pernapasan dan
laporkan adanya hal berikut dengan segera: tacipnea, mengorok, stridor, bunyi
napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
h.
Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk
memungkinkan ekspansi paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu
panas.
i.
Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi
atau bila perlu.
j.
Periksa kepatenan lubang hidung.
2.
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan
kontrol suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan :
a.
Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat.
b.
Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya
di bawah penghangat radian atau di dekat ibu.
c.
Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan
penutup.
d.
Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar
ibu: lakukan sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan.
e.
Pertahankan temperatur ruangan antara 24 °C – 25,5 °C dan kelembaban sekitar 40% sampai
50%.
f.
Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah
menggigil pada bayi sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi
suhu tubuh.
g.
Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut.
h.
Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas
menjadi masalah karena area permukaan besar dari kepala
memungkinkan terjadinya kehilangan panas.
i.
Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur.
j.
Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
3.
Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan
kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu.
Intervensi keperawatan :
a.
Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi.
b.
Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh.
c.
Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda – tanda inflamasi.
d.
Jaga bayi dari sumber potensial infeksi.
e.
Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi
fecal terhadap vagina atau uretra.
4.
Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan
fisik.
Intervensi keperawatan :
a.
Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi
rectal.
b.
Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan
tinggi tanpa pagar.
c.
Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh
bayi.
d.
Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari
perhiasan yang dapat melukai bayi.
e.
Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan
bayi.
5.
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua.
Intervensi keperawatan :
a.
Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk
mengidentifikasi kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan.
b.
Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan
RS dan protokol praktisi.
c.
Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang
minum ASI, pemberian makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu.
d.
Berikan yang makan dengan botol 2 – 3 formula setiap 3 – 4 jam atau sesuai kebutuhan.
e.
Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal
dan lebih sering bila perlu.
f.
Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi
yang minum ASI.
g.
Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap
bersama ibu untuk membantu ibu dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll.
h.
Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi
dalam pemberian makan dengan botol.
i.
Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah
aspirasi.
j.
Observasi pola feces.
6.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
maturasi, kelahiran bayi cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga.
Intervensi keperawatan :
a.
Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk
melihat dan menggendong bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat ke wajah orang
tua untuk menciptakan kontak social.
b.
Idealnya lakukan perawatan mata setelah pertemuan awal bayi
dengan orang tua, dalam 1 jam setelah kelahiran bila bayi terjaga dan paling
mungkin untuk berhubungan secara visual dengan orang tua.
c.
Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang
ditunjukkan pada bayi (mis: kesadaran, kemampuan untuk melihat,
penghisapan yang kuat, rooting dan perhatikan pada suara manusia).
d.
Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi
baru lahir bila mungkin.
e.
Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti
kepala botak, potongan tali pusat dan klemnya, dll.
f.
Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai
kemampuan pada bayi baru lahir, contoh: memerlukan perawatan komplit, bukan teman bermain.
g.
Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan
dirumah agar mereka merasa menjadi bagian dari pengalaman.
h. Dorong orang tua untuk menghabiskan
waktu dengan anak – anaknya yang lain dirumah untuk mengurangi perasaan
cemburu terhadap saudara baru.
Sumber. http://www.idhoe.co.tv/askep-bayi-baru-lahir.html
0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BBL"
Post a Comment