BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan
komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak
bertambah untuk waktu yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan
panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas,
jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui
kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative
rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik
(terutama UK
< 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal,
metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan
kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan
bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi,
pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatan.
B. FENOMENA
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan
lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut
dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah
anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain :
keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan
masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit
infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di
Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun
yang lalu. Indonesia
dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi
yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering
dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya
keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka
kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan
di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.
C. INSIDENSI
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu
(menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan
17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai
masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.
Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah :
cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH,
2002).
Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta
Tahun 1986
Penyebab
Kematian
Neonatus ( % )
|
Cacat bawaan
33.8
|
Sindrom gawat nafas
20.1
|
Infeksi
19.4
|
Asfiksia
17.7
|
Imaturitas (tidak spesifik)
6.3
|
Penyebab lain
3.2
|
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
- DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ( BBLR )
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram ( berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
1.
Bayi yang kurang bulan ( KB /
SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu.
2.
Bayi kecil masa kehamilan ( KMK
) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari persentie ke-10
kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram
disebut bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ).
- ETIOLOGI
Faktor Ibu :
- Paritas
- Infertilitas
- Abortus spontan sebelumnya
- Bahan teratogonik ( alcohol,
radiasi, obat )
- Penyakit kronis
- Keadaan penyebab Infusifiensi
plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, dll )
Faktor Plasenta
·
Penyakit Vaskuler
·
Kehamilan ganda
·
Malformasi
·
Tumor
Faktor Janin
·
Kelainan kromosom
·
Malformasi
·
Infeksi congenital ( missal :
rubella )
·
Kehamilan ganda
- TANDA – TANDA KLINIS
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
·
Berat kurang dari 2500 gram
·
Panjang kurang dari 45 cm
·
Lingkar dada kurang dari 30 cm
·
Lingkar kepala kurang dari 33
cm
·
Umur kehamilan kurang dari 37
minggu
·
Kepala lebih besar
·
Kulit tipis, transparan, rambut
lanugo banyak, lemak kurang
·
Otot hipotonik lemah
·
Pernapasan tak teratur dapat
terjadi apnea
·
Eksremitas : paha abduksi,
sendi lutut / kaki fleksi-lurus
·
Kepala tidak mampu tegak
·
Pernapasan 40 – 50 kali / menit
·
Nadi 100 – 140 kali / menit
- PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·
Pemeriksaan glucose darah
terhadap hipoglikemia
·
Pemantauan gas darah sesuai
kebutuhan
·
Titer Torch sesuai ind ikasi
·
Pemeriksaan kromosom sesuai ind ikasi
·
Pemantauan elektrolit
·
Pemeriksaan sinar X sesuai
kebutuhan ( missal : foto thorax )
- PENATALAKSANAAN
1.
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2.
Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usa ha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3.
Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg
dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4.
Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5.
Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
6.
Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari
|
Jmlh ml/kg BB
|
1
|
50- 65
|
2
|
100
|
3
|
125
|
4
|
150
|
5
|
160
|
6
|
175
|
7
|
200
|
14
|
225
|
21
|
175
|
28
|
150
|
- PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah
95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian
yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis
nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai
masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin
besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
- MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara
10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi
dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat
sudah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rustam Muchtar (1998). Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta .
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid III, Jakarta , Balai Penerbit FKUI.
3. Saifudin,
Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,
Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,
4. Wholey
and Wong (1997), Essential of Pediatric
Nursing, St. Louis
Mosby.
5. Rosa M Sacharin ( 1996 ), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Jakarta , EGC
6. Sarwono P ( 1986 ), Ilmu Kebidanan, Edisi II, Cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
0 Response to "ASKEP ANAK BBLR 2"
Post a Comment